Translate

Sabtu, 28 Februari 2015

Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara

Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara

Kali ini, saya akan membahas tentang Kebudayaan dan Seni Budaya yang ada di Provinsi Sulawesi Utara.

1. Rumah Adat
  • a) Rumah Adat Walewangko / Pewaris

Nama lain dari Walewangko adalah Rumah Pewaris. Rumah adat yang satu ini memiliki tampilan fisik yang apik. Ia secara umum digolongkan sebagai rumah panggung. Tiang penopangnya dibuat dari kayu yang kokoh. Dua di antara tiang penyanggah rumah ini, konon kabarnya, tak boleh disambung dengan apapun. Bagian kolong rumah pewaris ini lazim dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan hasil panen atau godong. 

Seperti rumah adat lainnya, rumah adat Sulawesi Utara ini dibagi juga ke dalam beberapa bagian utama antara lain: 
  1. Bagian depan yang dikenal juga dengan istilah lesar. Bagian ini tidak dilengkapi dengan didnding sehingga mirip dengan beranda. Lesar ini biasanya digunakan sebagai tempat para tetau adat juga kepala suku yang hendak memberikan maklumat kepada rakyat.
  2. Bagian selanjutnya adalah Sekey atau serambi bagian depan. Berbeda dengan Lesar, si Sekey ini dilengkapi dengan dinding dan letaknya persis setelah pintu masuk. Ruangan ini sendiri difungsikan sebagai tempat untuk menerima tetamu serta ruang untuk menyelenggarakan upacara adat dan jejamuan untuk undangan.
  3. Bagian selanjutnya disebut dengan nama Pores. Ia merupakan tempat untuk menerima tamu yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan pemilik rumah. Terkadang ruangan ini juga digunakan sebagai tempat untuk menjamu tamu wanita dan juga tempat anggota keluarga melakukan aktifitas sehari-harinya. Pores ini umumnya bersambung langsung dengan dapur, tempat tidur dan juga makan.
Jika kita cermati, keunikan rumah pewaris ini terletak dari arsitektur depan rumah. Perhatikan saja susunan tangga yang berjumlah dua dan terletak di bagian kiri dan kanan rumah. Konon kabarnya, dua buah tangga ini berkaitan erat dengan kepercayaan suku Minahasa dalam mengusir roh jahat. Apabila roh tersebut naik melalui tangga yang satu maka serta merta ia akan turun lagi melalui tangga lainnya. 

  •  Rumah Adat Bolaang Mongondow

Selain rumah pewaris atau Walewangko, dikenal juga rumah adat Sulawesi Utara lainnya yakni Bolaang Mangondow. Rumah yang satu ini memiliki atap yang melintang dengan bubungan yang sedikit curam. Bagian tangganya ada di depan rumah dengan serambi tanpa dinding. Adapun ruang dalam terdiri atas ruang induk dan ruang tidur. Ruang induk ini terdiri atas ruang depa, tempat makan juga tempat tidur serta dapur yang ada di bagian belakang rumah.

2. Pakaian Tradisional
 
   
Gambar diatas merupakan beberapa pakaian tradisional dari Provinsi Sulawesi Utara. Gambar pertama adalah Pakaian Tradisional dari Etnis Minahasa, Kemudian Pakaian Tradisional dari Etnis Nusa Utara, Lalu Pakaian Tradisional dari Etnis Bolaang Mongondow, dan Terakhir adalah Pakaian Pengantin adat MInahasa Modern

3. Senjata Tradisional
  • Keris
sulut keris
Keris merupakan senjata Tradisional Masyarakat Sulawesi Utara, bentuknya lurus tanpa lekukan.

  • Peda
Peda (Sejenis Parang) merupakan Senjata sekaligus Alat untuk Bertani atau Menyadap Enau bagi Masyarakat Prov. Sulawesi Utara pada umumnya.

4. Alat Musik Tradisional
  • Musik Bambu
Alat musik bambu purba yang berasal dari minahasa berbentuk tiga ruas bambu dengan panjang yang berbeda sekitar 8 cm yang di ikat menjadi satu. Alat musik ini terbuat dari Bulu Tui ( Bambu Kecil ) yang menghasilkan 3 jenis nada yang gunanya untuk memanggil burung Manguni ( burung Hantu ) di malam hari yang di sebut sori. Kemudian berkembang menjadi Suling Bambu dengan jumlah not dari 3 sampai 5 not dengan satu lobang untuk meniup, tapi letak lobang tidak beraturan sehingga suling ini hanya di pergunakan oleh para petani yang menjaga ladang yang letaknya jauh dari kampung. Musik Bambu terbentuk pertama kali tahun 1840-an yang berbentuk Orkes Musik Suling, kemudian terpengaruh dengan dengan musik corps militer Belanda. Pada tahun 1870 meniup suling bambu menjadi salah satu mata pelajaran sol-mi-sa-si untuk belajar lagu-lagu Gereja. Sehingga setelah tahun 1900 sudah ada alat musik musik bambu yang berfungsi sebagai Bass dan Tuba (Piston) yang dikenal dengan nama Musik Bambu Melulu.Pada tahun 1950-an selain suling kecil, suling sedang, korno, tuba, oferton (trombon), bass, tambur, Snar (gendrang ), simbal, kapuraca kemudian ditambah lagi Klarinet dan Saxophon dari bambu buatan sendiri. Pada akhirnya Musik Bambu berkembang menjadi salah satu tradisional bergengsi yaitu dengan mengiringi lagu untuk menghormati Tamu Agung, Perkawinan, Upacara Adat dan Upacara lainnya.Pada Tahun 1970-an bahan baku dari perlatan musik bambu seperti Klarinet, Saxophon, Tuba, Oferton, bass di ganti dari seng aluminium dengan bahan kuningan dan dikenal pada saat ini dengan nama Musik Bambu Seng Klarinet (MBSK), lalu kemudian pada tahun 1990 memakai bahan steinlees ( Vernekel ).
Jumlah pemain dalam satu Group ( Tumpukan ) adalah sekitar 30-60 orang pemain yang dipimpin oleh Pemimpin Musik Bambu disebut Tukang Palu (Konduktor), yaitu yang terdiri dari :
● Tukang Palu ( Konduktor)
● Pemain depan Terdiri dari : Suling Kecil, Suling Sedang, Klarinet dan Saxophon
● Pemain tengah yaitu Pemain Korno terdiri dari Korno C (do), Korno D (re), Korno E (mi), Korno G (sol), Korno A (la) Korno B (si) Korno C” ( do tinggi ).
● Pemain Belakang terdiri dari : Tuba, Oferton, kapuraca, Bass, Tambur, snar, dan simbal.

  • Kolintang

Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).
Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain. Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya. Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama ± 100th. Sesudah Perang Dunia II, barulah kolintang muncul kembali yang dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya hanya terdiri dari satu Melody dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat "string" seperti gitar, ukulele dan stringbas. Tahun 1954 kolintang sudah dibuat  2 ½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci (Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 ½ oktaf dari F s./d. C. Dan pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan. Saat ini  Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 (enam) oktaf dengan chromatisch penuh.

  • Musik Bia
Musik Bia adalah salah satu musik tradisional yang hampir punah. Tak lain karena bahan baku alat musik ini, yakni lokan atau rumah kerang yang besar (penduduk setempat menyebutnya Bia) semakin langka diperoleh seiring perusakan ekologi yang menghancurkan habitat dari hewan pra sejarah ini. Itu pun masih ditambah dengan rumitnya pembuatan untuk menjadikannya sebagai alat musik yang dibutuhkan, rusak sedikit berarti terbuang sia-sia. Jenis musik aerophone (mengeluarkan bunyi dan iramanya bila dihembuskan udara) merupakan khas estetika musik masyarakat daerah pesisir. Seperti Likupang, Amurang, Tanawangko, Kema, dan pulau pulau di Sangihe, Sitaro dan Talaud. Namun bukan berarti masyarakat di pedalaman dan pegunungan tidak akrab dengan musik yang indah dan khas ini. Masyarakat di pedalaman Minahasa sejak lama menggunakan alat musik Bia yang disebut Pontuang dalam musik pengiring kerja mapalus, maupun sebagai alat komunikasi massa (untuk tanda bahaya).

  • Bansi
Alat musik jenis tiup ini sejenis seruling dari bambu. Hanya saja bagian ujung tempat meniupnya dibuat agak melebar. Tidak seperti seruling yang ditiup dari bagian batangnya secara horizontal, namun Bansi ini ditiup dengan posisi agar vertikal karena tempat meniupnya ada di salah satu ujungnya. Biasanya bansi dimainkan dengan perpaduan berbagai alat musik lainnya untuk menciptakan musik tradisional yang khas.


5. Lagu Daerah

Lagu daerah Prov. Sulawesi Utara diantaranya sebagai berikut :
  1. Si Patokaan
  2. Esa Mokan
  3. O Minahasa
  4. Tahanusangkara
  5. O Ina Ni Keke
  6. Tan Mahurang
  7. Gadis Taruna
  8. Tano Tanobon
Dan Masih banyak lagi Kebudayaan dan Seni Budaya yang ada di Provinsi "Nyiur Melambai" Sulawesi Utara. Sekian, Salam Torang Samua Basudara

Jumat, 27 Februari 2015

Gubernur Provinsi Sulawesi Utara

Gubernur Provinsi Sulawesi Utara





Berikut, Daftar Gubernur Provinsi Sulawesi Utara.



1. Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi

Lahir  : Tondano, Prov. Sulawesi Utara, Hindia Belanda, 5 November 1980
Wafat : Jakarta, Indonesia, 30 Juni 1949
Masa Menjabat : 2 September 1945 - 31 Desember 1949

Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi (lahir di TondanoSulawesi Utara5 November 1890 – meninggal di Jakarta30 Juni 1949 pada umur 58 tahun) adalah seorang aktivis kemerdekaan Indonesia dariSulawesi UtaraIndonesia. Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Sam Ratulangi juga sering disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional. Ia dikenal dengan filsafatnya: "Si tou timou tumou tou" yang artinya: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia.
Sam Ratulangi juga merupakan Gubernur Sulawesi yang pertama. Ia meninggal di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh pada tanggal 30 Juni 1949 dan dimakamkan di Tondano. Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Manado yaitu Bandara Sam Ratulangi dan Universitas Negeri di Sulawesi Utara yaitu Universitas Sam Ratulangi.

2. Arnold Achmad Baramuli
Lahir  : Pinrang, Prov. Sulawesi Selatan, Hindia Belanda, 20 Juli 1930
Wafat : Jakarta, Indonesia, 2006
Masa Menjabat : 23 Maret 1960 - 15 Juli 1962

Arnold Achmad Baramuli adalah seorang politikuspengusaha, dan mantan jaksa asal Indonesia. Berasal dari Partai Golkar, ia adalah pendiri Grup Poleko yang pernah berusaha dalam industri kimia.
Baramuli memulai karier di jalur birokrasi. Ia pernah menjadi jaksa pada Kejaksaan Negeri Jakarta (1954-1956) dan Jaksa Tinggi dan Jaksa Tinggi Tentara untuk Indonesia Timur (1956-1960). Ia lalu menjadi Gubernur Sulawesi Utara dan Tengah (1960-1962) pada usia 29 tahun, Penasihat Menteri Dalam Negeri (1963-1965), Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan Departemen Dalam Negeri (Depdagri) (1970-1973). Baramuli mulai menjadi anggota DPR pada tahun 1971 mewakili Golkar. Pada tahun 1973-1974 ia menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Depdagri, kemudian sebagai Wakil Ketua Komite Indonesia-Jepang (1974), Anggota Dewan Penyantun/Dewan Kurator Universitas Hasanuddin (1975-1977) dan anggota DPR F-KP (1978-1997).
Dari tahun 1993 hingga 1998 ia menjadi anggota Komnas HAM. Setelah itu ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung(1998-1999). Pada tahun 1997-2004 Baramuli adalah anggota MPR utusan daerah Sulawesi Selatan (Oktober 1997-2004). Jabatan terakhir yang diembannya adalah pegawai utama madya Departemen Dalam Negeri.
Baramuli pernah aktif di Kadin dan juga merupakan anggota Dewan Kehormatan Golkar. Dari pernikahannya dengan Albertina Kaunang, Baramuli mendapatkan lima orang anak dan seorang di antaranya telah meninggal. Ia mempunyai 10 orang cucu dan seorang cicit.

3. Letkol Frits Johannes Tumbelaka
FJ Tumbelaka.jpg
Lahir  : -
Wafat : -
Masa Menjabat : 15 Juli 1962 - 19 Maret 1965

F. J. Tumbelaka ditunjuk presiden pada tanggal 15 Juli 1962 sebagai Pejabat Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Sulawesi Utara - Tengah, yang kemudian dikukuhkan sebagai Gubernur definitif berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 tertanggal 27 Juli 1963. Letkol F. J Tumbelaka menjadi gubernur Sulawesi Utara sejak tahun 1962 -1965.


4. Brigjen. Soenandar Prijosoedarmo

Lahir  : Sidoarjo, Prov. Jawa Timur, Hindia Belanda, 17 Februari 1924
Wafat : Indonesia, 27 Desember 1984
Masa Menjabat : 19 Maret 1965 – 27 April 1966

Soenandar Prijosoedarmo adalah Gubernur Sulawesi Utara periode 1965-1966. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur periode 1978-1983. Ia merupakan pensiunan ABRI.
Ia diangkat menjadi Gubernur Jawa Timur menggantikan Mohammad Noer. Setelah menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, ia kemudian diangkat sebagai anggota DPR dan menjadi Wakil Ketua DPR/MPR.

5. H. Abdullah Amu
Lahir  : Ratatotok, Prov. Sulawesi Utara, Hindia Belanda, 2 Agustus 1912
Wafat : Manado, Indonesia, 27 Juli 1991
Masa Menjabat : 27 April 1966 – 2 Maret 1967

H. Abdullah Amu adalah Gubernur Sulawesi Utara Periode 1966 - 1967. Ia merupakan Gubernur Pertama yang beragama Muslim yang memimpin Provinsi yang mempunyai mayoritas agama Kristen ini.

6. Brigjen. Hein Victor Worang
Lahir  : Tontalete, Prov. Sulawesi Utara, Hindia Belanda, 12 Maret 1919
Wafat : Jakarta, Indonesia, 3 Februari 1982
Masa Menjabat : 2 Maret 1967 – 21 Juni 1967

Hein Victor Worang adalah Gubernur Sulawesi Utara periode 1967-1978. Pada saat-saat permulaan masa jabatannya pada tahun 1967, ia harus berhadapan dengan berbagai pihak yang menantangnya. Pada waktu itu misalnya terkenal Peristiwa 2 September (1968) yang dengan pelopor Corps Tuhanura berusaha mengusir Worang dari jabatannya sebagai gubernur.
Tapi tak lama setelah ia berhasil menyelesaikan hal tersebut dan tantangan berikutnya adalah membereskan provinsi yang lumpuh akibat pergolakan PRRI/Permesta. Belum lagi keadaan perekonomian yang belum pulih seperti kopra diakibatkan kebun kelapa yang tak terurus selama bertahun-tahun, maupun sebab prasarana jalan hampir tiada bekas lagi.
Akhirnya pada masanya infrastruktur dibangun kembali sehingga menjadi tolak pembangunan di Sulawesi Utara sepanjang Pelita Idan Pelita II. Sasarannya adalah jalan-jalan ke perkebunan kopra dan cengkeh. Sampai tahun 1976, hampir 2000 km di antaranya sudah dapat dilalui kendaraan bermotor sehingga pusat-pusat perkebunan cengkeh dan kopra pun bisa diakses dan hasil bumi dari dua penghasilan pokok daerah ini, di samping pala dapat dijual di pasar nasional maupun internasional.

7. Brigjen. TNI Purn. Willy Gerald  Alexander Lasut
Welly-lasut.jpg
Lahir  : Tondano, Prov. Sulawesi Utara, Hindia Belanda, 28 Januari 1924
Wafat : Jakarta, Indonesia, 4 April 2003
Masa Menjabat : 21 Juni 1978 - 20 Oktober 1979

Willy Lasut, GA , adalah Gubernur Sulawesi Utara periode 1978 - 1979. Beliau memulai tugasnya di Sulawesi Utara pada tanggal 20 Juni 1978 setelah beliau diambil sumpahnya dan dilantik di Depan sidang DPRD tingkat I Sulawesi Utara berdasarkan Surat keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 107 / M tahun 1978 tanggal 1 Juni 1978.

8. Erman Hari Rustaman

Lahir  : -
Wafat : -
Masa Menjabat : 20 Oktober 1979 - 3 Maret 1980

Erman Hari Rustaman, adalah Gubernur Sulawesi Utara periode 1979 -1980. Beliau menjabat Gubernur Sulawesi Utara berdasarkan Surat Keputusan Republik Indonesia nomor 176 / M tahun 1979 tanggal 17 Oktober 1979 dengan tugas utama yaitu mempersiapkan pencalonan dan pemilihan Gubernur yang definitif.

9. Letnan Jenderal (Purn.) TNI Gustaf Hendrik Mantik
Lahir  : Bandung, Prov. Jawa Timur, Hindia Belanda, 26 April 1928
Wafat : Jakarta, Indonesia,8 Agustus 2001
Masa Menjabat : 3 Maret 1978 - 3 Maret 1985

Gustaf Hendrik Mantik adalah Gubernur Sulawesi Utara periode 1978-1985. Walaupun ia lahir di Bandung tetapi darah Minahasa kental mengalir dalam dirinya.
G. H. Mantik sempat menjabat Asisten II Kodam V/Jaya pada tahun 1963 bahkan pada tahun 1967 ia menjadi anggota DPR GR. Sebelum menjabat Pangdam IX/ Mulawarman, G.H. Mantik memegang posisi sebagai Kepala Staf Garnizun Ibukota. G.H. Mantik menjabat Pangdam IX/Mulawarman selama 2 tahun dari 1971-1973. Tahun 1973 Mayor Jenderal TNI G.H. Mantik menjadi Pangdam V/Jaya. Jabatan ini cukup lama diembannya mulai dari tahun 1973 hingga 1977. Sehabis menjabat Pangdam V/Jaya, G. H. Mantik dengan pangkat Letnan Jenderal TNI dilantik menjadi Pangkowilhan I, ternyata jabatan ini merupakan puncak kariernya di kemiliteran karena setelah itu ia menjadi Gubernur Sulawesi Utara dan cukup lama dia duduk di kursi orang nomor satu provinsi Sulawesi Utara yaitu selama 7 tahun (1978-1985).
Dari Sulawesi Utara G. H. Mantik kembali ke Jakarta untuk menjabat Wakil Ketua MPR-RI.

10. Brigadir Jenderal Cornelis John Rantung
Lahir  : Banda Aceh, Prov. Aceh, Hindia Belanda, 7 Desember 1935
Wafat : Manado, Prov. Sulawesi Utara, Indonesia, 3 April 2013
Masa Menjabat : 3 Maret 1985 - 1 Maret 1995


Cornelis John Rantung adalah Gubernur Sulawesi Utara periode 1985-1995. Ia diangkat menjadi Gubernur Sulawesi Utara menggantikan Gustaf Hendrik Mantik. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI. Ia wafat pada tanggal 3 April 2013 di RSPAD Jakarta, dan rencananya dimakamkan pada tanggal 6 April 2013 di Taman Makam Pahlawan Kairagi, Kota ManadoSulawesi Utara. Sebelum dimakamkan ia disemayamkan terlebih dahului di Kantor Gubernur Sulawesi Utara. Pada tanggal 4 Maret 1985, Brigadir Jenderal C.J. Rantung dilantik dalam Sidang Paripurna Khusus DPRD Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara untuk menggantikan Pejabat lama Letjen (Purn) G.H. Mantik yang telah habis masa jabatannya sebagai gubernur. Ia dilantik berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 45/M Tahun 1985 tanggal 18 Februari 1985, untuk masa jabatan 1985-1990. Kemudian kembali di diberikan kepercayaan di periode kedua berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34/M Tahun 1990 tanggal 10 Februari 1990, untuk masa jabatan 1990-1995. Semasa hidupnya, CJ Rantung menjalani karier sebagai perwira militer di masa pemerintah Presiden Soeharto. Terakhir menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI, sebelum diangkat menjadi Gubernur Sulut pada 1985.

10. Letnan Jend. TNI (Purn.) Evert Ernest Mangindaan
Lahir  : Surakarta, Prov. Jawa Tengah, Indonesia, 5 Januari 1943
Masa Menjabat : 1 Maret 1995 - 1 Maret 2000

Letnan Jenderal TNI (Purn) E. E. Mangindaan adalah Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Periode 2014-2019. Sebelumnya ia menjadi Menteri Perhubungan Indonesia Kabinet Indonesia Bersatu II menggantikan Freddy Numberi. Sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II dan Gubernur Sulawesi Utara periode 1995-2000. Ia diangkat menjadi Gubernur menggantikan Cornelis John Rantung. Ia juga pernah menjabat sebagai Pangdam VIII/Trikora. Setelah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara, ia terpilih sebagai anggota DPR dan menjabat sebagai Ketua Komisi II periode 2004-2009.

10. Adolf Jouke Sondakh

Lahir  : Suluun, Prov. Sulawesi Utara, Indonesia, 20 Juni 1939
Wafat : Singapura, 8 Maret 2007
Masa Menjabat : 1 April 2000 - 18 Maret 2005


Adolf Jouke Sondakh (lahir di SuluunMinahasaSulawesi Utara20 Juni 1939 – meninggal di Singapura8 Maret 2007 pada umur 67 tahun) adalah seorang politikus Indonesia, yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara periode 2000-2005Adolf dilahirkan sebagai seorang di antara enam bersaudara dari keluarga Pdt. Markus Lolombulan Sondakh dan Dora Rosaly Rawung. Salah seorang adiknya adalah Prof.Dr.Ir. Lefrand Winston "Lucky" Sondakh, MEc., tokoh pendidikan di Sulawesi Utara. Mereka hidup dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan, sehingga kadang-kadang tidak mempunyai apa-apa untuk makan. Kesulitan hidup ini membuat Adolf dan Lucky berjuang keras untuk lepas dari tekanan ekonomi. Adolf sejak kecil memang bercita-cita ingin menjadi tokoh politik. Karena itulah, setelah selesai pendidikan di S1, ia terjun mengajar sebagai dosen tapi juga aktif di bidang politikSondakh menjabat sebagai ketua Dewan Pengurus Daerah Partai Golkar Sulawesi Utara dan pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat selama tiga periode. Pada 1993 ia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi II DPRSejumlah politikus muda Golkar yang kini menduduki jabatan bupati dan walikota di provinsi Sulawesi Utara adalah hasil didikannya.

10. Drs. Sinyo Harry Sarundajang

Lahir  : Kawangkoan. Prov. Sulawesi Utara, Wilayah Kolonial Jepang, 15 Februari 1945
Masa Menjabat : 13 Agustus 2005 - ... 2015

Sinyo Harry Sarundayang atau seringkali disapa SHS adalah Gubernur Sulawesi Utara periode 2005 - 2015. Pria yang telah menulis buku, merupakan gubernur kedua setelah C. J Rantung (1985 -1995) yang menjabat selama dua periode Gubernur Sulawesi Utara. Pria dengan sejuta gudang prestasi ini juga pernah dipercayakan sebagai Pjs. Gubernur Prov. Maluku (2003).

Sekian, Salam Torang Samua Basudara !!!.

Sumber :
(http://id.wikipedia.org)
(http://http://www.seputarsulut.com/daftar-gubernur-sulawesi-utara-dari-masa-ke-masa/)

Makanan Khas Provinsi Sulawesi Utara

Makanan Khas Provinsi Sulawesi Utara


Bicara soal makanan, masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara memang jagonya. Oleh Karena itu, saya akan membahas tentang Makanan Khas dari Provinsi Sulawesi Utara.

1. Tinutuan



Tinutuan atau Bubur Manado adalah makanan khas Indonesia dari ManadoSulawesi Utara. Ada juga yang mengatakan tinutuan adalah makanan khas MinahasaSulawesi UtaraTinutuan merupakan campuran berbagai macam sayuran, tidak mengandung daging, sehingga makanan ini bisa menjadi makanan pergaulan antarkelompok masyarakat di Manado. Tinutuan biasanya disajikan untuk sarapan pagi beserta berbagai pelengkap hidangannya. Tinutuan atau Bubur Manado adalah makanan khas Indonesia dari ManadoSulawesi Utara. Ada juga yang mengatakan tinutuan adalah makanan khas MinahasaSulawesi Utara. Tinutuan merupakan campuran berbagai macam sayuran, tidak mengandung daging, sehingga makanan ini bisa menjadi makanan pergaulan antarkelompok masyarakat di Manado. Tinutuan biasanya disajikan untuk sarapan pagi beserta berbagai pelengkap hidangannya.

2. Sup Brenebon 


Brenebon.JPG (300×225)Brenebon adalah masakan khas Belanda yang diadopsi oleh masyarakat Provinsi Sulawesi Utara yang berupa sup yang terbuat dari kacang merah dengan bumbu sup pada umumnya seperti bawang putihmericapala dan ditambahkan cengkeh sedang daging yang dipakai biasanya daging atau kaki babi.
Biasanya bahan daging untuk Brenebon dicuci dan direndam semalaman. Lalu daging direbus hingga empuk. Bila sudah empuk biasanya akan dimasukkan bumbu penyedap rasa dan garam. Terakhir biasanya akan dimasukkan daun bawang yang sudah diiris-iris. Setelah itu siap disajikan dan biasanya disantap dengan sambal tumis.

3. Panada


Panada adalah salah satu kue khas Manado yang populer selain klappertaartAda yang mengatakan kue ini merupakan pengaruh kuliner Belanda, namun ada juga yang mengatakan pengaruh kuliner Portugis karena bentuknya yang mirip kue pastel. Kue ini berupa kue pastel yang diisi dengan ikan laut cakalang dibumbu panpis. Bumbu panpis adalah ikan cakalang dimasak dengan bawang merahdaun jerukkemangicabe merahdaun bawang, sedangkan ikannya disuir kecil-kecil. Pembuatan panada terdiri atas bahan dan isi, kemudian digoreng dalam minyak hangat.

4. Paniki


Paniki adalah makanan yang berasal dari Sulawesi Utara yang dibuat dari daging kelelawar (paniki). Sebelum diolah menjadi masakan, biasanya kelelawar terlebih dahulu dibakar untuk menghilangkan bulu-bulu halusnya, kemudian dimasak dengan bumbu santan. Jenis kelelawar yang biasanya dipakai dalam makanan ini adalah kelelawar pemakan buah dengan bentuk badan yang lebih besar.

5. Ayam Rica - Rica

Ayam rica-rica adalah salah satu makanan khas ManadoSulawesi Utara. Kata rica berasal dari bahasa Manado yang berarti "pedas" atau "cabai". Resep untuk membuat ayam rica-rica sangat beragam, begitu pula cara memasaknya, persamaannya hanya terletak pada rasanya yang pedas. Ayam rica-rica biasa disajikan dengan nasi dan bahan pelengkap seperti bawang goreng dan mentimun.


6. Klapertaart

Klappertaart di Indonesia dikenal sebagai kue khas Manado dengan bahan dasar kelapatepung terigususumentega dan telurResepadonan tersebut merupakan pengaruh saat zaman pendudukan Belanda di Manado. Terdapat beberapa macam cara memasak klappertaart. Bila dipanggang dan menggunakan roti, maka akan menghasilkan klappertaart dalam bentuk yang padat, bisa dipotong layaknya kue taart pada umumnya. Tetapi ada juga cara memasak yang tidak panggang. Ini akan menghasilkan tekstur yang begitu lembut, seperti memakan custard yang langsung meleleh begitu masuk ke mulutKue ini paling nikmat bila disantap dalam keadaan dingin jadi tidak boleh dibiarkan terlalu lama di luar pendingin. Klappertaart termasuk kue yang mengandung kalori yang cukup tinggi. Ada pengusaha klappertaart yang mencari campuran adonan yang lebih rendah jumlah kandungan kalorinya. Beberapa jenis klappertart menggunakan lemak rendah kalori, susu kalsium tinggi dan pemanis rendah kalori sebagai campuran adonannya menggantikan susu dan gula yang pada umumnya digunakan, sehingga menjadikan kue ini berkurang jumlah kalorinya. Klappertaart Rendah Kalori memang sengaja dibuat agar orang-orang yang sedang diet bisa menikmati kue lezat ini. Klappertaart adalah ikon daerah Sulawesi Utara (Manado) juga telah masuk dalam Makanan Khas Nusantara bersama dengan 30 jenis makanan lainnya dari berbagai daerah.Saat ini Klappertaart sudah dikembangkan menjadi berbagai macam rasa atau flavor, ada rasa Durian, Chocolate, Keju, Rum Raisin, Blueberry, dan tentunya original. Di Manado sendiri Klappertaart sangat mudah didapatkan.


7. Cap Tikus

Captikus1.jpg
Cap tikus adalah minuman tradisional Minahasa yang mengandung alkohol. Cap tikus dibuat dari nira. Minuman ini sering diselundupkan keluar daerah serta menimbulkan kasus keamanan dan ketertiban masyarakat akibat konsumsi minuman keras tersebut. Sejumlah petani di kecamatan Motoling menawarkan kepada pemerintah untuk mengelola cap tikus menjadi pengganti minyak bumi, serta mendemonstrasikan bagaimana minuman keras ini dijadikan bahan bakar untuk kendaraan bermotor.




8. Kacang Goyang

Menyebut kacang goyang, langsung terbayangkan dua kota di Sulut yang kini kian berkembang. Yaitu Kotamobagu dan Amurang. Yah, karena di dua kota inilah, Kotamobagu (Kota Kotamobagu) dan Amurang (Kabupaten Minahasa Selatan), menjadi sentra produksi kuliner khas Sulut yang selalu laris manis.
Kenapa di sebut KACANG GOYANG?, Ini karena proses pembuatannya yang UNIK ,Yaitu Proses pembalutan coklat ke biji kacang tanah dengan cara Gula dan Coklat cair di teteskan ke biji kacang tanah sambil wadah biji kacang di goyang-goyang atau di ayun ayun,sampai semua biji kacang terbungkus Gula dan coklat yang membentuk duri duri halus seperti batu karang, produk di jamin HALAL gurih dan Enak dapat di gunakan untuk cemilan sehari hari bersama keluarga, sebagai cemilan dalam perjalanan jauh atau untuk menyambut tamu ketika hari raya seperti Lebaran atau Natal dan Tahun Baru, atau hari besar lainnya.

9. Mie Cakalang
Pecinta kuliner masakan Manado, pasti tak melewatkan untuk berburu mie cakalang. Konon mie cakalang ini sudah menjadi makanan favorit orang Manado. Maka, tak sulit untuk menemukan mie cakalang ini. Di setiap sudut keramaian kota, banyak rumah makan memajang tulisan mie cakalang sebagai andalan menunya.


10. Saguer

Terdapat juga minuman khas dari daerah Manado dan sekitarnya yaitu "saguer" yaitu sejenis arak atau tuak yang berasal dari pohon enau. Saguer ini memiliki kandungan alkohol. Jenis minuman ini diproduksi rakyat Minahasa di hutan-hutan atau perkebunan di sela-sela hutan pohon enau. Pohon enau-atau saguer dalam bahasa sehari-hari di Manado-disebut pohon saguer karena pohon ini menghasilkan saguer, atau cairan putih yang rasanya manis keasam-asaman serta mengandung alkohol sekitar lima persen. Warung-warung makan di Minahasa pada umumnya juga menjual saguer. Bahkan, sebagian orang desa sebelum makan lebih dulu meminum saguer dengan alasan agar bisa makan banyak atau Saguer biasanya di suguhkan pada acara kumpul-kumpul keluarga di Manado. baik acara resmi mau pun tidak.


orang-orang dimanado membeli Saguer atau Nira yang difermentasikan biasanya dibeli per jerigen. maklum, yang minum orang-orang yang doyan minum Saguer, jadi wajib membeli satu atau lebih. Konon untuk satu jirigen harga yang harus dibayar Rp. 30 ribu rupiah. Kalau sisa saguer yang tidak terjual kemudian disuling secara tradisional menjadi minuman Cap Tikus. Kadar alkoholnya, sesuai penilaian dari beberapa laboratorium, naik menjadi sekitar 40 persen.


Selain beberapa makanan yang sudah disebutkan di atas. Masih Banyak Lagi, Makanan Khas Prov. Sulawesi Utara. Nanti di kesempatan selanjutnya akan dibahas kembali mengenai Makanan Khas Prov. Sulawesi Utara. Salam Torang Samua Basudara.

Sumber :
(http://id.wikipedia.org)
(http://oleholehmanado.com/makanan-khas-manado/kacang-goyang.html)
(http://www.lezat.com/resep-masakan-lezat/resep-mie-cakalang-manado-Resep-Masakan-Lezat-Makanan-Lezat-Resep-Kue-Lezat-Restoran-Lezat-Tempat-Makan-Lezat-Kuliner-Lezat.html)